Jumat, 02 September 2016

Desa Sade


 DESA SADE

         Dusun Sade atau Sade Village ini berada di Desa Rambitan, Kecamatan Pujut. Desa ini terletak di wilayah bagian selatan Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat - NTB. Jika anda ingin berkunjung atau menuju Pantai Kuta Lombok, maka anda akan melewati dan akan melihat Dusun Sade Lombok ini, karena Dusun Sade ini letaknya berada di pinggir jalan. Dusun Sade atau Sade Village ini adalah merupakan salah satu Desa Tradisional Sasak (suku asli Pulau Lombok) atau sebuah perkampungan suku Sasak asli yang masih mencoba mempertahankan dan menjaga keaslian sisa-sisa kebudayaan Sasak lama sejak zaman pemerintahan Kerajaan Pejanggik di Praya, Kabupaten Lombok Tengah sampai sekarang. Masyarakat yang tinggal di Dusun Sade Lombok ini adalah suku Sasak dengan sistim sosial dan kehidupan keseharian mereka yang masih sangat kental dan memegang teguh adat tradisi Sasak tempo dulu. Bahkan arsitektur rumah adat khas Sasak juga masih bisa anda lihat berdiri kokoh dan terawat dengan baik. Bangunan tradisional Sasak yang bisa anda temui di perkampungan Dusun Sade Lombok terdiri dari dua jenis yang disebut dengan Bale Tani dan Lumbung. Bale Tani adalah bangunan yang dipergunakan sebagai tempat tinggal, dan Lumbung adalah bangunan yang biasa digunakan sebagai tempat menyimpan padi, hasil panen atau untuk menyimpan segala kebutuhan. Rumah adat suku Sasak yang juga disebut Bale Tani ini terbuat dari kayu dengan dinding-dinding yang terbuat dari anyaman bambu dan beratapkan daun rumbia atau daun alang-alang kering. Lantai dari Bale Tani ini adalah campuran tanah, getah pohon dan abu jerami yang kemudian diolesi dengan kotoran kerbau. Bale Tani terbagi menjadi dua bagian yaitu Bale Dalam dan Bale Luar. Ruangan Bale Dalam biasanya diperuntukkan untuk anggota keluarga wanita, yang sekaligus merangkap sebagai dapur. Sedangkan ruangan Bale Luar diperuntukkan untuk anggota keluarga lainnya, dan juga berfungsi sebagai ruang tamu. Antara Bale Dalam dan Bale Luar ini dipisahkan dengan pintu geser dan anak tangga. Di dalam ruangan Bale Dalam ini terdapat dua buah tungku yang menyatu dengan lantai terbuat dari tanah liat yang digunakan untuk memasak. Masyarakat di perkampungan Dusun Sade Lombok ini biasanya memasak dengan menggunakan kayu sebagai bahan bakarnya. Bale Dalam ini tidak memiliki jendela dan hanya memiliki satu buah pintu sebagai jalan untuk keluar-masuk yang hanya terletak di bagian depan bale.

Selain kain tenun ikat yang dikerjakan secara tradisional, benang untuk menenun pun biasanya dipersiapkan sendiri oleh suku Sasak dengan cara dipintal. Setelah selesai dipintal,benang pun ditenun sehingga menjadi kain tenun ikat dengan berbagai motif dan corak. Setelah puas melihat proses pembuatan kain tenun ikat dan proses pemintalan benang yang dikerjakan oleh warga setempat, kami pun melanjutkan berkeliling desa wisata ini. Sang pemandu pun menawarkan kami untuk singgah dan melihat ke dalam salah satu rumah yang ada di Desa Sade. Setelah meminta izin kepada pemilik rumah, kami pun masuk melalui pintu depan rumah yang ukurannya tidak seperti pintu rumah biasanya. Tinggi pintunya hampir setinggi ukuran dewasa malah mungkin lebih rendah lagi. Itu perkiraan saya ketika akan melangkah masuk ke dalam rumah. Pemandu pun mengingatkan kami untuk membungkukkan badan ketika melewati pintu depan rumah agar kepala tidak terbentur bagian atas pintu. Salah satu keunikan rumah di desa ini adalah pintu untuk keluar masuk rumah hanya ada 1 saja, yaitu dibagian depan rumah. 


Desa Sade juga memiliki balai pertemuan untuk warga desanya. Letaknya tidak jauh dari pintu gerbang desa. Bangunannya dirancang tanpa dinding dan terbuat dari kayu tersebut cukup asri. 



Bertani dan menenun 
     Pekerjaan masyarakat Sade ini mayoritas bertani, seperti padi dan sayur mayur. Kalau padi, tadah hujan dan hanya sekali tanam dalam setahun. “Cuma air dari hujan. Irigasi gak ada sama sekali. Sudah diupayakan tapi sulit.” Untuk tambahan pendapatan itulah, hampir semua warga menjadi perajin tenunan. Untuk benang tenun, warga membuat sendiri dengan memintal kapas. Tak hanya membuat benang sendiri, pewarnaan mereka juga menggunakan warna-warna alami dengan memanfaatkan tumbuhan atau tanaman sekitar. “Bikin dari kulit kayu, dedaunan atau tumbuhan lain. Kalau dari daun ambil yang masih muda lalu ambil karang, campurkan biar warna kuat. Misal, warna orange itu kapur sirih dengan kunyit. Dicampur jadi satu.”

Kawin culik 
  Perkampungan Sade ini berjumlah 700 jiwa, dengan satu rumpun keluarga. Dalam sistem perkawinan Suku Sasak, dikenal dengan kawin lari atau kawin culik. “Maksudnya, gak perlu dilamar. Yang penting si cowok sama gadis saling suka. Ambil diem-diem, lalu bawa kabur, lari.” Sang gadis lalu disembunyikan di rumah orang yang tak diketahui oleh orangtuanya. “Soalnya kalau ketahuan bakal diambil lagi.” Setelah itu, sang lelaki mengutarakan keinginan menikah kepada orangtua sang gadis. Proses terakhir, disebut nyongkolan, berupa iringan pengantin pria dan perempuan kembali ke rumah orangtua mempelai perempuan.Nanti, pasangan baru itu akan menempati rumah sementara atau bale kodong. “Bale itu rumah, kodong itu kecil. Artinya rumah kecil. Bali kodong ini rumah sementara waktu sebelum bisa membuat rumah lebih besar. Mereka akan menggunakan untuk bulan madu.”

   
  Akses ke desa ini cukup mudah. Dari pusat kota Mataram, Anda dapat menggunakan kendaraan umum maupun pribadi dengan tujuan langsung ke Desa Sade. Waktu tempuhnya sekitar satu setengah jam perjalanan. Sementara jika Anda berangkat dari Bandara Internasional Lombok, maka dapat langsung menggunakan taksi atau kendaraan pribadi dengan arah langsung menuju ke Desa Sade. Waktu tempuhnya sekitar 20 menit perjalanan.

sumber:(Sapariah Saturi/mongabay.co.id)



2 komentar:

  1. Saya izin untuk mengunduh foto dalam artikel ini untuk keperluan tugas sekolah

    BalasHapus
  2. Saya juga izin untuk menjadikan artikel ini sebagai referensi

    BalasHapus